BAB I 2
PENDAHULUAN 2
A. Latar Belakang 2
PEMBAHASAN 5
A. Sejarah Sosiologi 5
B. Pengertian sosiologi 8
C. Pengertian Sosilogi pendidikan. 8
D. Ruang lingkup Sosiologi. 9
BAB III 11
PENUTUPAN 11
A. Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Sosiologi pertama kali dikenalkan oleh Auguste Comte (tetapi dalam catatan Sejarah, Emile Durkheim lah yang melanjutkan ‘istilah’ tersebut dan menerapkannya menjadi sebuah disiplin ilmu). Sosiologi berasal dari gabungan 2 kata dalam bahasa Latin yaitu Socius yang artinya teman dan Logos yang artinya ilmu. Secara keseluruhan, Sosiologi berarti ilmu yang mempelajari masyarakat.
Masyarakat sendiri adalah kelompok atau gabungan dari individu yang saling berhubungan, berbudaya, dan memiliki kepentingan yang relatif sama. Sosiologi bertujuan untuk mempelajari masyarakat dengan meneliti/mengamati dan menarik kesimpulan dari perilaku masyarakat, khususnya perilaku atau pattern sosial manusia.
Sosiologi tergolong ilmu yang fleksibel. Hal ini bisa dilihat dari sifatnya yang tersusun dari penelitian-penelitian ilmiah yang bersifat kaku namun bisa dikritik oleh publik karena sosiologi adalah ilmu yang berisi tentang pengetahuan kemasyarakatan, oleh karena itu selalu dinamis dan dapat diubah-ubah sesuai dan seiring dengan perkembangan yang terjadi di dalam objek penelitiannya (masyarakat).
Sosiologi sendiri muncul akibat tekanan ancaman yang dirasakan oleh masyarakat terhadap hal-hal dan nilai-nilai yang selama ini sudah dianggap benar dan nyaman dalam tatanan kehidupan mereka, khususnya dalam bidang sosial. Renungan sosiologis dimulai ketika masyarakat mulai mengalami goncangan/krisis terhadap nilai-nilai dan prinsip hidup yang mereka pegang, atau “threats to the taken-for-granted world”, – Berger dan Berger.
Menurut Max Weber, sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tindakan sosial. Namun, hal ini tidak berarti semua tindakan yang dilakukan manusia tergolong tindakan sosial. Tindakan sosial adalah sebuah tindakan yang dilakukan atas dasar perilaku orang lain dan berorientasi pada perilaku orang lain. Dengan kata lain, tindakan sosial adalah tindakan yang diambil menyangkut DAN mengarah pada orang lain.
Hasil definisi Max Weber itu digabungkan dengan berbagai macam definisi mengenai Sosiologi dari ahli-ahli yang lain seperti Auguste Comte (Bapak Sosiologi), Emile Durkheim, Karl Marx, Hegel, Simmel, Kant, Talcott Parsons dan lain-lain menjadi ilmu Sosiologi seperti yang kita kenal selama ini.
B. Ruang Lingkup Sosiologi
1. Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan
Sosiologi awalnya merupakan bagian dari Filsafat (induk ilmu pengetahuan; Mother of Scientarium). Filsafat sendiri merupakan ilmu yang mencakup berbagai macam ilmu pengetahuan tentang masyarakat, sains, geografi dan lain-lain, namun seiring berkembangnya zaman, ilmu-ilmu tersebut mulai memisahkan diri dan berkembang secara independen. Sosiologi baru muncul pada abad ke-19 sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat, berdampingan dengan ilmu Psikologi yang mempelajari perilaku dan sifat-sifat manusia.
1. Sosiologi sebagai Ilmu Sosial
Sosiologi digolongkan sebagai ilmu sosial karena Sosiologi menggunakan masyarakat sebagai obyek pembelajarannya. Lebih jelasnya, ilmu Sosiologi membahas tentang masyarakat dari berbagai sisi dan sudut pandang yang beragam serta hubungan dan interaksi antar individu dalam masyarakat tersebut.
2. Sosiologi dapat juga dikatakan sebagai:
a. .suku-suku atau rumpun-rumpun sosial
b. ilmu yang mengkaji ‘kekuasaan’ secara lebih khusus dan mendalam
c. ilmu sosial yang lain
d. ilmu yang mengkaji tentang masyarakat.
3. Sosiologi dapat digolongkan sebagai ilmu pengetahuan karena telah memenuhi unsur-unsur atau syarat-syarat ilmu yaitu:
a. Bersifat empiris; bisa di nalar, tidak tentatif.
b. Bersifat teoritis; menyusun kesimpulan dari pengamatan terlebih dahulu. Kesimpulan tersusun dari kerangka-kerangka pikiran yang logis sehingga menjadi sebuah teori.
c. Bersifat kumulatif; dapat diperluas, diperbaiki, dan diperhalus.
d. Bersifat non-etis; tidak menghakimi tapi memperjelas fakta.
4. Kegunaan Ilmu Sosiologi bagi jurusan Hubungan Internasional
Hubungan Internasional adalah ilmu yang menggabungkan ilmu politik, antropologi, dan berbagai macam ilmu sosial lainnya dalam satu wadah ilmu. Hal ini sangat penting karena mahasiswa dan alumni jurusan Hubungan Internasionalakan terlibat dalam masyarakat secara langsung setelah lulus nanti; terutama masyarakat kelas atas dan orang-orang yang berpengaruh dalam dunia diplomasi.
Untuk itu diperlukan keahlian khusus untuk memahami masyarakat secara general, mengamati tingkah laku masyarakat dan menarik kesimpulan serta melakukan analisis cara-cara terbaik untuk mendekati suatu golongan masyarakat, tidak hanya masyarakat kalangan atas namun juga masyarakat kalangan bawah. Seorang lulusan Hubungan Internasional haruslah bisa melakukan pendekatan pada dua kelompok masyarakat agar visi dan misinya sebagai seseorang yang dapat menjembatani komunikasi antar negara dapat tercapai.
BAB I
PEMBAHASAN
A. Sejarah Sosiologi
Di Zaman kuno, Pemikiran sosiologi dapat ditelusuri hingga era Yunani Kuno (lih. komentar Xenophanes: "Jika kuda menyembah para dewa, maka para dewa pasti menyerupai kuda"). Observasi proto-sosiologis dapat ditemukan dalam teks-teks pendiri filsafat Barat (Herodotus, Thukidides, Plato, Polibios dan sebagainya), dan juga pemikiran filsuf non-Eropa seperti Konfusius.
Kecenderungan karakteristik dalam pemikiran sosiologi Yunani kuno dapat ditelusuri kembali pada lingkungan sosial mereka. Karena jarang ada organisasi politik yang luas atau terpusat di dalam suatu negara yang memungkinkan semangat kesukuan atas lokalisme dan permainan bebas. Semangat lokalisme dan kedaerahan merasuki sebagian besar pemikiran Yunani mengenai fenomena sosial.
Asal usul teknik survei dapat ditelusuri kembali pada naskah "Domesday Book" yang diperintahkan raja William I pada tahun 1086.
Pada abad ke-13, Ma Tuan-Lin, seorang sejarawan Cina, yang pertama kali mengenali pola dinamika sosial sebagai komponen penting perkembangan sejarah. Hal tersebut ditulisnya pada manuskrip ensiklopedis miliknya, yang berjudul Wenxian Tongkao atau "Pemeriksaan Komprehensif Literatur".
Ibnu Khaldun (abad ke-14) .Sosiologi Islam sudah diketahui sejak abad ke-14. Beberapa pihak menganggap Ibnu Khaldun, seorang ilmuwan Islam Tunisia dari Afrika Utara; merupakan sosiolog pertama. Dia dinobatkan sebagai bapak sosiologi. Karyanya yang berjudul Muqaddimah merupakan karya yang menjelaskan penalaran ilmiah atas kohesi sosial dan konflik sosial Ibnu Khaldun (1332–1406) terkenal dengan bukunya yang berjudul Muqaddimah; yang kemudian diterjemahkan sebagai 'Prolegomena' dalam bahasa Latin. Buku tersebu merupakan pengantar bagi tujuh volume analisis sejarah universal. Karyanya berisi tentang filsafat sosial dan ilmu sosial terpadu yang pertama kali merumuskan teori kohesi sosial dan konflik sosial. Dengan demikian, dia dianggap sebagai pelopor dalam ilmu sosiologi.
Ibnu Khaldun menyusun teori dinamika sejarah yang melibatkan konseptualisasi konflik sosial dan perubahan sosial. Dia mengembangkan dikotomi antara kehidupan yang menetap dengan kehidupan yang berpindah-pindah, serta konsep "generasi", dan hilangnya kekuasaan yang tak terelakkan yang terjadi saat para pejuang gurun menaklukkan kota. Sarjana Arab kontemporer bernama Sati 'al-Husri menerjemahkan buku Muqaddimah sehingga karya klasik tersebut dapat dibaca sebagai karya sosiologis, yang dipecah menjadi enam buku sosiologi umum. Topik yang dibahas dalam karya ini meliputi politik, kehidupan perkotaan, ekonomi, dan pengetahuan. Karya ini didasarkan pada konsep sentral Ibn Khaldun tentang 'asabiyyah', yang diterjemahkan sebagai "kohesi sosial", "solidaritas kelompok", atau "kesukuan". Konsep 'kohesi sosial' ini muncul secara spontan dalam suku-suku dan kelompok kekerabatan kecil lainnya; Hal tersebut diperkuat dan diperbesar oleh ideologi agama. Ibnu Khaldun melihat bagaimana kohesi ini membuat suatu kelompok dapat berkuasa di satu sisi, namun mengandung sesuatu yang dapat menjatuhkan dirinya sendiri pada sisi lainnya; seperti aspek-aspek psikologi, sosiologi, ekonomi, dan politik, yang dapat membentuk suatu kelompok, dinasti atau kerajaan baru dengan keterikatan kohesi yang lebih kuat (atau sesuatu yang lebih muda dan lain sebagainya).
Pelembagaan formal sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmu dimulai oleh Emile Durkheim yang pertama kali mendirikan departemen sosiologi Prancis di Universitas Bordeaux tahun 1895. Dia juga mendirikan jurnal L'Année Sociologique di tahun 1896.
Program studi sosiologi mulai diajarkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1875 oleh William Graham Sumner. Dia menggunakan pemikiran Comte dan Herbert Spencer daripada karya Durkheim. Pada tahun 1890, program studi sosiologi tertua di Amerika Serikat dimulai di Universitas Kansas, yang diajarkan oleh Frank Blackmar. Departemen Sejarah dan Sosiologi di Universitas Kansas didirikan pada tahun 1891, dan departemen sosiologi di universitas pertama kali didirikan pada tahun 1892 di Universitas Chicago oleh Albion W. Small (1854-1926), yang pada tahun 1895 mendirikan jurnal American Journal of Sociology. Perkembangan sosiologi di Amerika muncul dalam lintasan yang luas dan independen dibandingkan di Eropa. George Herbert Mead dan Charles H. Cooley berpengaruh dalam pengembangan teori interaksionisme simbolis dan psikologi sosial di Universitas Chicago, sementara Lester Ward menekankan pentingnya metode ilmiah dengan menerbitkan buku Dynamic Sociology pada tahun 1883.
Durkheim, Marx, dan Weber biasanya disebut sebagai tiga arsitek utama ilmu sosial modern. "Kanon klasik" sosiologi Durkheim dan Weber sebagian besar dipengaruhi oleh Talcott Parsons, yang diapresiasi dalam mengenalkan masyarakat Amerika. Buku Parsons yang berjudul Structure of Social Action (1937) mengkonsolidasikan tradisi sosiologi Amerika dan menetapkan agenda sosiologi Amerika pada titik pertumbuhan tercepat pada disiplin tersebut. Namun, dalam kanon Parsons, Vilfredo Pareto memiliki signifikasi lebih besar daripada Marx atau Simmel. Kanonnya dipandu atas minatnya dalam menyatukan tradisi teoretis yang berbeda dalam bidang sosiologi; di balik satu skema teoretis, yang sebenarnya dapat dijustifikasi oleh perkembangan ilmiah, pada disiplin tersebut selama setengah abad sebelumnya. Sementara peran sekunder yang dimainkan Marx dalam sosiologi Amerika awal dapat dikaitkan dengan Parsons, sesuai kecenderungan politik yang lebih luas, dominasi Marxisme dalam pemikiran sosiologi Eropa telah lama menjamin Marx sebagai satu dari tiga deretan sosiolog klasik.
Abad ke 19: dari positivisme ke anti-positivisme, Sosiologi oleh para teoretisi awal dilakukan pendekatan yang sama seperti halnya dalam pendekatan ilmu pengetahuan alam. Penekanan pada empirisme dan metode ilmiah memberikan dasar tak terbantahkan mengenai klaim atas temuan sosiologis, yang memisahkan sosiologi dari bidang yang kurang empiris seperti filsafat. Perspektif ini disebut positivisme; merupakan istilah yang petama kali digunakan oleh Auguste Comte. Positivisme didirikan berdasarkan pandangan bahwa satu-satunya pengetahuan faktual yang benar adalah pengetahuan ilmiah. Comte memiliki pedoman ketat dalam menjelaskan teori yang dapat dinilai sebagai positivistik. Menurutnya, pengetahuan autentik ini hanya dapat diturunkan dari konfirmasi teori positif melalui metode pengujian ketat yang terus menerus, yang tidak hanya berbasis ilmiah tapi juga berbasis kuantitatif. Émile Durkheim adalah pendukung utama penelitian empiris yang didasarkan penelitian ilmiah. Dia mencari korelasi dalam mengungkapkan hukum struktural, atau "fakta sosial". Durkheim membuktikan bahwa konsep yang telah dikaitkan dengan individu sebenarnya ditentukan secara sosial. Misalnya pada kasus-kasus seperti bunuh diri, kasus kriminal, pelampiasan amarah, kepribadian seseorang, waktu, ruang, dan Tuhan. Dia menegaskan bahwa masyarakat memiliki pengaruh signifikan di semua aspek individu; yang jauh lebih berpengaruh dan tidak diketahui sebelumnya. Baginya, sosiologi dapat digambarkan sebagai "institusi ilmu, yang dapat menelusuri asal usul dan fungsi".
Durkheim berusaha menerapkan temuan sosiologi dalam upaya reformasi politik dan solidaritas sosial. Kini, catatan ilmiah tentang positivisme Durkheim sangat rentan dilebih-lebihkan dan serba disederhanakan dengan berlebihan. Comte adalah satu-satunya pelopor pemikiran sosiologi yang menyatakan bahwa wilayah sosial dapat dianalisis seperti halnya sains, sedangkan Durkheim mengakui secara rinci keterbatasan pendasaran epistemologisnya.
Reaksi terhadap positivisme dimulai oleh filsuf Jerman Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770–1831). Dia menyuarakan perlawanannya terhadap empirisme, sebagai tidak kritis, deterministik, dan terlalu mekanistik. Metodologi Karl Marx meminjam konsep dialektika Hegel; menolak positivisme yang mendukung analisis kritis, dan pencarian kelengkapan ketika pemerolehan fakta empiris dilakukan dengan pengurangan ilusi. Menurutnya kenampakan harus dikritisi dan bukan didokumentasikan. Marx tetap berusaha menghasilkan sebuah ilmu tentang masyarakat yang didasarkan pada determinisme ekonomi dari sejarah materialisme. Filsuf lainnya, termasuk Wilhelm Dilthey (1833-1911) dan Heinrich Rickert (1863-1936) mengemukakan bahwa dunia alamiah berbeda dengan dunia sosial, karena masyarakat memiliki aspek-aspek unik lainnya seperti makna, tanda, dan sebagainya; yang juga menginformasikan tentang budaya manusia.
B. Pengertian sosiologi
sosiologi berasal dari kata latin socius artinya teman atau masyrakat dan kata yunani logos artinya ilmu atau bicara sosiologi berarti berbicara atau ilmu ynag membahas masyrakat,lebih lengkapnya sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyrakat
Menurut Pitrim Sorokin, sosilologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antar agejala sosial, hubungan timbal balik dengan gejala sosial dengan gejala nonsosial, ciri-ciri umum semua jenis gejala sosila
Menurut Roucek dan Warren, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok.
Menurut William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff, sosilogi adalah penelitian secara ilmiah terhadap intrakasi sosilogi dan hasilnya,yaitu organisasi
jadi dapat kami pahami bahwa sosiologi merupaka ilmu yang mempelajari hubungan antara individu dengan induvidu ,induvidu dengan kelopok,kelompok dengan kelompok dan mempelajari peroses yang timbul dari hubungan dan gejala gejala sosial dalam realita kehidupan
.
C. Pengertian Sosilogi pendidikan.
sosiologi pendidikan adalah dua istilah penting yang digabungkan, istilah ini adalah istilah sosiologi dan pendidikan. Sosiologi yang bermakna masyarakat dan pendidikan bermakna proses perubahan yang menuju pada pengajaran dan pelatihan.
Pengertian sosiologi pendidikan secara umum adalah kajian sosiologis yang mempelajari hubungan antara masyarakat, interaksi sosial dalam paradigma pendidikan. Artinya dalam sosiologi pendidikan ada hubungan pengajaran, pelatihan, dan pengetahuan dalam perubahan sosial dalam masyarakat.
Istilah Pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani yaitu paedagogie. Paedagogie asal katanya PAIS yang artinya” Anak” dan AGAIN adalah “membimbing”. Jadi paedagogie berati bimbingan yang diberikan kepada anak. Orang yang memberikan bimbingan kepada anak disebut PAEDAOG . Dalam perkembangan istilah pendidikan/paedagodie berarti Bimbingan atau pertolongan yang diberikann dengan sengaja oleh orang dewasa agar dia menjadi dewasa.
Kemudian selanjutnya dari beberapa pengertian dan istilah-istilah tentang sosiologi dan pendidikan yang telah diuraikan di atas. Berikut ini beberapa pengertian dari sosiologi pendidikan menurut beberapa ilmuan seperti
Menurut H.P.Fairchild dalam bukunya “ dicitionary of Sosiologi” dikataka bahwa : sosiologi pendidikakn adalah sosiologi yang diterapakan untuk memecahkan masalah –masalah pendidikan yang fundamental. Jadi iya tergolong applied sociolog
Menurut F.R. Robbins, sosiologi pendidikan sosiologi khusus.yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Yang termasuk dalam pengertian struktur ini ialah teori dan filsafat pendidikan sistem kebudayaan ,struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya itu dengan tata sosial masyarakat
Menurut Prof. DR.S.Nasution, M.A.,Sosiologi pendidikan ialah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.
D. Ruang lingkup Sosiologi.
Masalah-masalah yang diselidiki sosiologi pendidikan antara lain meliputi pokok-pokok berikut ini.
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat
a. Hubungan pendidikan dengan sistem sosial atau struktur sosial,
b. Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan,
c. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan,
d. Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural atau usaha mempertahankan status quo, dan
e. Fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, kultural dan sebagainya.
2. Hubungan antar manusia di dalam sekolah
Lingkup ini lebih condong menganalisis struktur sosial di dalam sekolah yang memiliki karakter berbeda dengan relasi sosial di dalam masyarakat luar sekolah, antara lain yaitu:
a. Hakikat kebudayaan sekolah sejauh ada perbedaannya dengan kebudayaan di luar sekolah, dan
b. Pola interaksi sosial dan struktur masyarakat sekolah, yang antara lain meliputi berbagai hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola kepemimpinan informal sebagai terdapat dalam clique serta kelompok-kelompok murid lainnya.
3. Pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak di sekolah/lembaga pendidikan
a. Peranan sosial guru-guru/tenaga pendidikan,
b. Hakikat kepribadian guru/ tenaga pendidikan,
c. Pengaruh kepribadian guru/tenaga kependidikan terhadap kelakuan anak/peserta didik, dan
d. Fungsi sekolah/lembaga pendidikan dalam sosialisasi murid/peserta didik.
4. Lembaga Pendidikan dalam masyarakat
Di sini dianalisis pola-pola interaksi antara sekolah/ lembaga pendidikan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya dalam masyarakat di sekitar sekolah/lembaga pendidikan.
Hal yang termasuk dalam wilayah itu antara lain yaitu
a. Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah/lembaga pendidikan,
b. Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistemsistem sosial dalam masyarakat luar sekolah,
c. Hubungan antarsekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan, dan
d. Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat berkaitan dengan organisasi sekolah, yang perlu untuk memahami sistem pendidikan dalam masyarakat serta integrasinya di dalam keseluruhan kehidupan masyarakat
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Sosiologi tergolong ilmu yang fleksibel. Hal ini bisa dilihat dari sifatnya yang tersusun dari penelitian-penelitian ilmiah yang bersifat kaku namun bisa dikritik oleh publik karena sosiologi adalah ilmu yang berisi tentang pengetahuan kemasyarakatan, oleh karena itu selalu dinamis dan dapat diubah-ubah sesuai dan seiring dengan perkembangan yang terjadi di dalam objek penelitiannya (masyarakat).
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_sosiolog
Tim Guru, Ilmu Pengetahuan Sosilogi ( Pt gelora aksara pertama : erlangga 2007)
http://kumpulanmateri123.blogspot.com/2013/08/makalah-sosiologi-pendidikan.html
Drs.Thohari. Diktat Ilmu Pendidikan.STAIR.2009/2010.
Drs. Gunawan Ary H. Sosiologi Pendidikan.PT Rhineka Cipta
http://duniakampus7.blogspot.com/2019/05/ruang-lingkup-sosiologi-pendidikan.html
Comments